Tanjungpinang Pos | Jujur, Jernih dan Akurat

Senin, 10 Februari 2014

POLITISI “KADANG KAWAN JADI LAWAN, KADANG LAWAN JADI KAWAN”



Zaman sebelum kemerdekaan bangsa ini, penggunaan istilah politisi mungkin belum banyak  terdengar oleh kita, hal ini mungkin disebabkan karena pada zaman tersebut orang-orang lebih fokus pada kemerdekaan, sehingga yang ada di pikiran mereka adalah hidup atau mati, atau merdeka atau mati. Tantangan bangsa ini untuk keluar dari belenggu penjajah sangat besar, bagaimana tidak mereka hidup di zaman yang serba sulit, banyak sekali musuh bangsa ini tidak hanya jepang yang harus dilawan dan diusir dari bumi pertiwi ini, akan tetapi orang – orang belanda juga harus diusir di negeri ini. Untuk merebut kemerdekaan bangsa ini, entah berapa nyawa menjadi korban dari kekejaman  tentara belanda dan jepang. Bertahun – tahun bangsa ini di jajah oleh Belanda, namun semangat rakyat Indonesia tetap membara dan terus berupaya melawan dan mengusir penjajah Belanda.  Perlawanan rakyat Indonesia akhirnya tidak sia-sia, tepat pada tanggal 17 agustus 1945 Presiden Soekarno dan Wakil Presiden M. Hatta memproklamirkan kemerdekaan bangsa ini. Sorak gembira rakyat Indonesia menyambut kemerdekaan terdengar di seluruh Nusantara, hal ini terjadi berkat Rahmat Allah, SWT dan perjuangan seluruh rakyat Indonesia.  Kisah sebelum kemerdekaan ini mengingatkan kita akan pentingnya menghargai perjuangan para Pahlawan yang telah berjuang merebut kemerdekaan bangsa ini. Lantas bagaimana dengan setelah zaman kemerdekaan ? mari kita lihat apa yang terjadi pasca Indonesia merkeda ?

Kepemerintahan Indonesia dipimpin oleh Bapak Soeharto, tentu semua kita sudah sangat tahu dan kenal dengan Presiden RI ke 2 ini. Soeharto lebih dikenal sebagai Bapak Pembangunan, di bawah kepemimpinannya pemerintahan berjalan baik, target pembangunan terarah sesuai dengan Garis-Garis Besar Haluan Negara, amanat Undang-Undang dijalankan sebagaimana mestinya. Masyarakat Indonesia hidup rukun dan damai, jarang sekali kita melihat demonstrasi besar dan terus menerus, semua dikendalikan oleh bapak Presiden secara ketat. Zaman kepemerintahan Soeharto disebut juga zaman orde baru, tidak banyak politisi mampu berkutik ketika itu, karena zaman Soeharto sangat keras sekali, sedikit saja ada yang berkomentar miring dan tidak suka dengan kebijakan Soeharto langsung distop, bahkan tidak sedikit dari politikus waktu itu dipenjara.  Kepemerintahan Soeharto berjalan cukup lama yaitu hampir 32 tahun lamanya, sehinga zaman ini disebut rezim Soeharto atau zaman Rezim Orde Baru. Namun sekuat apapun kekuatan yang dimiliki Soeharto, jika Allah sudah berkehendak lain maka mudah bagi Allah untuk merubah semua keadaan. Di era orde baru cukup banyak politikus di penjara, sebut saja misalnya AM.Fatwa, Sri Bintang Pamungkas  dan lain sebagainya. Walaupun kepemimpinanan Soeharto berjalan cukup lama dan juga banyak politikus yang dipenjara, namun kepemerintahan Soeharto akhirnya harus berhenti juga. Tepat pada pertengahan tahun 1997 Indonesia mengalami krisis, harga barang mulai tinggi terutama harga sembilan bahan pokok (sembako), masyarakat mulai kesulitan, hal ini terus terjadi hingga akhir tahun 1997. Melihat kondisi Indonesia seperti  beberapa komponen anak bangsa mendesak Presiden Soeharto untuk melepaskan jabatannya sebagai Presiden.  Memasuki pada tahun 1998, puncak kemarahan masyarakat semakin tinggi, mahasiswa dan juga beberapa tokoh sebut saja misalnya Bapak Amin Rais mendesak Presiden Soeharto mundur dari jabatannya.  Pada tahun 1998 banyak peristiwa yang telah terjadi ketika itu, demo besar-besaran disetiap kampus baik yang ada di jakarta, Bandung, Bogor, Yogyakarta dan lain sebagainya terus dilakukan.  Suara Reformasi terdengar lantang dari setiap penjuru tanah air Indonesia. Semua energi dicurahkan untuk menggulingkan rezim yang sudah berkuasa lebih kurang 32 tahun itu, perlahan namun pasti gerakan penggulingan rezim ini merupakan desakan kuat dari seluruh komponen anak bangsa tidak hanya mahasiswa, masyarakat pun ikut membaur menyuarakan reformasi.  Sentral demontrasi besar-besaran ini dilakukan di Gedung DPR – MPR RI sambil mendengarkan orasi dari bapak Amien Rais. Ribuan mahasiswa tumpah ruah di gedung rakyat tersebut.  Ibukota jakarta benar-benar dalam kondisi yang sangat menyeramkan, tidak hanya demonstrasi, peristiwa penjarahan, pembakaran aset milik warga keturunan asing juga terjadi disini.

Tepat pada bulan Mei 1998, Presiden RI Soeharto dan seluruh pejabat teras pemerintahan Indonesia terus berupaya mempertahankan tahta dan juga berusaha mencarikan solusi bagi bangsa ini, keadaan semakin tidak terkendali, penjarahan, demonstrasi terus terjadi. Akhirnya tepat pada tanggal 19 Mei 1998 Presiden Soeharto mengumumkan dan bersedia mundur dari jabatannya sebagai Presiden RI dan menyerahkan kepemimpinan bangsa ini kepada Wakil Presiden RI yaitu bapak Habibie. Mendengar pengumuman Presiden RI ini seluruh rakyat Indonesia khususnya mahasiswa dan para demonstran melakukan sujud syukur, tampak diraut wajah mereka para demonstran begitu senang namun ada juga yang tampak  sedih dan haru, semuanya bercampur menjadi satu.  Terpilihnya Bapak Habibie sebagai Presiden RI ketiga merupakan amanat undang-undang.  Menjadi Presiden bukanlah hal yang mudah, banyak persoalan yang harus diselesaikan, terutama memperbaiki perekonomian bangsa Indonesia yang semakin terpuruk.  Benar-benar pekerjaan yang sangat berat yang harus dipikul oleh Presiden di era Reformasi. Namun Bapak Presiden Habibie bukanlah sembarang orang, Habibie sudah sangat dikenal oleh masyarakat Indonesia bahkan mancanegara. Banyak sekali prestasi  dan penghargaan yang telah  diperolehnya sebelum menjabat sebagai Presiden. Karya terbesar yang ditorehkannya adalah menciptakan pesawat terbang.

Waktu terus berganti krisis moneter yang dialami bangsa ini belum juga berhenti, nilai tukar Rupiah dengan mata uang asing semakin melemah, harga barang semakin tinggi, masyarakat mulai gelisah dengan fluktuasi harga yang sudah tidak menentu. Kepercayaan kepada Bapak Habibie mulai terjadi, desakan sana sini kepada habibie mulai berbunyi. Sulit sekali rasanya menyelesaikan krisis yang dialami bangsa ini. Presiden habibie dengan seluruh menterinya terus berupaya memperbaiki negeri walau banyak yang tidak simpati dan juga meyakini. Sebagai seorang teknokrat tentu tidak mudah bagi Habibie, nilai tukar rupiah semakin melambung tinggi, bahkan sampai pada level tertinggi (Rp.16.000).  Perlahan Habibie tetap meyakini bangsa ini harus mampu menyelesaikan krisis ini, melalui kran demokrasi Habibie membuka era keterbukaan informasi,  sebuah kran yang sudah lama dinanti-nanti, namun tidak lantas kran ini digunakan sebagai cara untuk saling memaki. Lihat saja di era kepemerintahannya Habibie memberikan banyak bukti diantaranya melepaskan para tahanan politik negara ini. Siapa yang tidak kenal Habibie? Bukan janji tapi bukti sebagai komitmen diri memperbaiki negara ini.
Memasuki era keterbukaan informasi tentu memiliki tantangan tersendiri, semua orang mulai berbunyi bahkan sedikit salah langsung dimaki, seakan diri benar sendiri.  Sungguh sedih rasanya melihat negeri ini, melihat anak bangsa saling menyalahi.   Sudahkah kita melihat diri dan apa yang mesti diperbaiki? Semuanya seakan ingin jadi politisi, menganggap diri hebat sendiri.  Haruskah Habibie yang disalahi karena telah membuka kran keterbukaan informasi yang mengakibatkan semakin menjamurnya para politisi di negeri ini? Mari kita berhenti berkelahi dan meyalahi, kita bangun negeri ini untuk berbakti sebagai bukti kita cinta akan negeri.

Negeri ini harus berdiri diatas kaki sendiri sebagaimana yang pernah dilontarkan oleh Bapak Proklamasi. Zaman memang sudah berganti setiap zaman memiliki keunikan tersendiri, lihat saja saat ini bangsa Indonesia memasuki zaman reformasi, sebuah zaman yang menghendaki banyak perubahan yang harus diperbaiki.  Zaman reformasi, hampir dua periode akan dilalui, namun belum banyak yang diperbaiki sebagaimana amanat reformasi, masyarakat hanya bisa menanti agar perbaikan terus terjadi,  setiap lima tahun sekali indonesia mengganti pemimpin negeri ini, lantas apa yang telah terjadi? Sudah lepaskah kita dari krisis ini?  Entahlah siapa yang harus menjawab dan menyelesaikan persoalan ini.  Zaman reformasi banyak orang ingin jadi politisi, karena mudah mendapati, cukup memberi simpati, mengumbar janji sana sini bahkan tidak sedikit menjual aset diri agar bisa duduk meraih mimpi. Sungguh sebuah fenomena yang menyedihkan bukannya memperbaiki bangsa ini, tapi justru memperkaya diri sendiri.  

Politisi, namamu senang disebut, mudah dikenal, dan disetiap event sosokmu selalu hadir menghampiri, agar terkesan ikut peduli. Hari ini engkau berdomisili dipartai ini, namun besok engkau berganti baju lagi.  Mencari sesuatu yang pasti engkau dapati , engkau tidak peduli walau kawanmu memarahi.  Sungguh engkau memang politisi sejati, percaya diri sangat tinggi.
Saudara pembaca yang baik hati,  10 tahun sudah berlalu, apa yang telah terjadi di negara ini, banyak sekali orang ingin menjadi politisi, tidak hanya mereka yang berpendidikan tinggi, bahkan yang berpendidikan rendahpun ingin ikut menjadi politisi, dengan maksud ingin ikut memperbaiki negeri ini?  Hal ini tidak hanya terjadi di ibukota bahkan dipelosok daerah terpencilpun ramai-ramai ingin menjadi politisi.  Jika kita lihat dari aspek kepatutan tentu yang berpendidikan tinggi harus dihargai, tetapi mengapa negeri ini menjadi unik sendiri justru yang berpendidikan tinggi banyak yang korupsi. Lihat saja di TV, setiap hari kita disuguhi informasi mengenai korupsi tidak dari pemerintah saja bahkan dari pihak politisi juga banyak terlibat korupsi, apakah mereka sedih melihat ini?

Politisi, kelakuanmu sungguh membuat masyarakat menjadi bingung, kadang menyenangkan namun kadang menyedihkan. Tidak peduli apapun partai mu, politisi tetaplah politisi, hari ini engkau bergabung dengan partai ini, besok engkau pindah lagi, hari ini engkau bermusuhan dengan kawan mu, besoknya lagi engkau berkawan dengan kawan mu.  Kadang Kawan kamu jadikan lawan, kadang Lawan kamu jadikan Kawan. Semuanya engkau atur sesuka mu yang penting keinginan mu terpenuhi.

Kasi Komentar

Entri Populer